Para pembaca yang dirahmati oleh Allah Ta’ala,
berbicara mengenai kehidupan, kita tidak bisa sama sekali memisahkannya
dengan berbagai macam permasalahan yang mendera. Baik itu permasalahan
di dalam keluarga maupun permasalahan dengan masyarakat di sekitar kita. Salah satu permasalahan yang akut didalam masyarakat adalah penyakit hasad (dengki). Hasad adalah penyakit yang secara sadar atau tidak
sadar sudah melekat dan menjadi kronis di tubuh umat ini. Penyakit ini
dapat membuat sebuah keluarga hancur berantakan dan masyarakat tercerai-berai. Itu adalah akibat dari tajamnya lisan-lisan dan sengitnya sikap seseorang yang tidak senang terhadap orang lain.
Definisi hasad
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah telah melakukan pengkajian yang mendalam mengenai makna dari
hasad hingga beliau menyimpulkan bahwa definisi hasad yang benar adalah
merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang
lain.
Bahaya hasad
Ada 6 bahaya hasad yang dapat kita ketahui agar kita dapat menjauhkan diri dari sifat tersebut.
-
Hasad adalah sifat orang-orang yahudi
Hasad merupakan salah satu sifat buruk yang dimiliki oleh orang-orang yahudi. Allah telah berfirman di dalam AlQur’an (yang artinya), “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?
Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga
Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (QS. AnNisaa : 54
Ayat di atas telah
memberikan penjelasan kepada kita bahwa orang-orang yahudi adalah
orang-orang yang memiliki hasad yang besar kepada umat Islam. Oleh karena itu, tak ayal mereka selalu memerangi umat Islam dari zaman ke zaman. Dengan kebencian yang mendalam kepada umat Islam, mereka tidak akan senang dan rela jika Islam tersebar luas di dunia. Oleh karena itu mereka selalu melancarkan propaganda-propaganda yang dapat membuat cahaya Islam redup.
-
Orang yang memiliki sifat hasad tidak sempurna imannya
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallambersabda, “Tidak
sempurna iman salah seorang kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya
segala sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (Muttafaqun ‘alaih).
Dalam hadits di
atas Rasulullah menerangkan bahwa diantara bukti sempurnanya iman
seseorang yaitu ia mencintai segala sesuatu yang baik untuk saudaranya
sebagaimana ia mencintai kebaikan tersebut dimiliki oleh dirinya
sendiri. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat sulit ditemui di hari ini. Dimana banyak sekali orang yang tidak senang dengan kenikmatan dan kesenangan yang diperoleh oleh tetangganya. Bahkan yang lebih buruk, ia berdo’a agar nikmat yang diterima tetangganya tersebut hilang dan berpindah kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.
-
Tidak suka dengan takdir yang Allah tetapkan untuknya
Mengapa bisa
demikian? Jikalau kita menelisik lebih dalam, kita akan menemukan bahwa
orang yang di dalam dirinya terdapat penyakit hasad, seakan-akan dia
ingin berperan dalam menentukan takdir dirinya sendiri karena ia merasa
bahwa dirinyalah yang paling pantas dalam menerima kenikmatan yang telah
Allah ciptakan itu sehingga ia tidak ingin orang lain mendapatkannya.
Ini merupakan sifat yang buruk yang dapat menimpa kita sadar maupun
tidak. Oleh karena itu, marilah kita jaga diri kita dari sifat yang
buruk ini.
-
Menciptakan sifat keegoisan yang tinggi
Karena dengan
perasaan hasad yang ia miliki, ia sama sekali tidak senang akan apa yang
dimiliki oleh orang lain, bahkan ia menganggap bahwa dialah yang
seharusnya mendapatkan itu, bukan orang lain. Dan yang paling parah dari
semua itu adalah bahwa ia memikirkan cara-cara yang jahat agar
bagaimana nikmat tersebut bisa pindah kepada dirinya. Ini sangat
berkaitan erat dengan bahaya nomor dua yang telah disebutkan di atas.
-
Hasad dapat menghancurkan kebaikan yang ada didalam dirinya
Benar saja
pernyataan di atas, karena orang yang memiliki sifat hasad akan terus
merasa gerah dengan orang lain sehingga ia tidak akan pernah rela orang
lain memiliki ini dan itu. Lalu ia menyebarkan propaganda-propaganda dan
gosip-gosip agar tetangganya tersebut jatuh harga dirinya di hadapan
masyarakat. Oleh karena itu, Rasulullah melarang seseorang untuk hasad
kepada orang lain dikarenakan ia dapat menyebabkan hilangnya
kebaikan-kebaikan yang ada di dalam diri orang tersebut sebagaimana
sabda beliau, “Jauhilah oleh kalian hasad karena ia akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu daud).
Inilah sebab
terlarangnya hasad. Karena ia akan menyebabkan pahala-pahala yang telah
kita dapatkan selama ini berguguran satu demi satu.
-
Hasad dapat memecah belah persatuan
Karena sifat dengki
atau hasad apabila telah bercokol di dalam dada seseorang maka akan
sangat sulit sekali sembuh. Apalagi ketika ia telah mencapai stadium
akhir, maka akan sangat berbahaya sekali. Sampai-sampai sifat ini bisa
memecah belah persatuan kaum muslimin. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Janganlah kalian saling hasad, saling berbuat curang, saling membenci, saling menjauhi, dan janganlah kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim).
Hadits ini memberikan gambaran kepada kita tentang bahaya hasad bahwa hasad bisa membuat seseorang bermusuhan dengan yang lainnya.
Terapi hasad
Setelah kita
mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit hasad, maka
selanjutnya kita akan membahas apa yang dapat kita lakukan ketika
penyakit hasad ini timbul di dalam hati.
-
Mendiamkan dan menyembunyikannya
Apabila penyakit itu mulai timbul di dalam diri kita, hendaklah kita
menyembunyikan dan mendiamkan penyakit tersebut di dalam hati kita.
Janganlah sekali-kali kita menampakkannya di hadapan orang lain, karena
hal tersebut akan menyulut api kehancuran yang dapat mendera di tubuh
kaum muslimin.
-
Berdo’alah kepada Allah agar menghilangkan hasad dari dalam hati kita
Sebagaimana do’a yang telah diajarkan Allah di dalam Al Qur’an (yang artinya), “Ya
Rabb Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman
lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr : 10)
Allah telah menuntun kita untuk berdo’a kepadaNya
dalam ayat di atas untuk menghilangkan hasad yang ada di dalam diri
kita. Karena bisa saja di saat kita lengah, setan memenfaatkannya untuk
menghancurkan diri kita.
-
Berusaha ridho dengan takdir Allah
Allah telah mengajarkan kita untuk ridho dengan semua yang telah Ia tetapkan dengan firman-Nya (yang artinya), “Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al Furqan : 2)
Maka marilah wahai
saudaraku seiman, kita tanamkan rasa qana’ah di dalam diri kita,
sehingga kita tidak merasa dengki atau hasad atas apa yang di miliki
oleh orang lain.
-
Jadikan surga dan ridha Allah sebagai cita-cita tertinggi kita
Hal ini dimaksudkan agar kita tidak memiliki
hasad dan dengki kepada nikmat yang dimiliki orang lain. Maka apakah
lagi yang kita harapkan seandainya kita mengetahui kenikmatan-kenikmatan
yang ada di surga? Tentu kita tidak akan lagi
menginginkan kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain di dunia ini.
Namun sedikit dari kita mengetahui hal tersebut, sehingga kita lebih
menginginkan apa yang ada di dunia ini dan tidak menginginkan apa yang
ada di surga. Allah berfirman (yang artinya),
“Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada
apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka,
sebagai bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan kesenangan
itu. Dan karunia Tuhan-mu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha : 131)
Ayat ini telah
memberikan bukti kepada kita, jikalau seandainya kita mengetahui apa
yang telah Allah sediakan di dalam surga, niscaya kita tidak mungkin
ingin harta benda yang ada di dunia ini.
Maka marilah kita
jauhkan sifat hasad di dalam diri kita, qona’ah-lah terhadap apa yang
telah kita miliki, dan jadikanlah kenikmatan surga sebagai tujuan kita
hidup di dunia.
Referensi : Artikel “Hindarilah Sifat Hasad” di situs www.muslim.or.id dan artikel “Ketika Hasad Menyerang” dalam situs www.muslimah.or.id
Shoffiyah Az Zahra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar